Penyebab Curang Bukan Uang. Inilah 3 Faktor Utamanya.

Kita sudah sangat tahu, sikap curang merugikan orang lain. Namun, mengapa banyak orang berbuat curang?

Orang berbuat curang dengan sadar melakukan tindakan tidak terpuji. Secara tidak sadar pula perbuatan tersebut merugikan diri sendiri.

Banyak orang paham curang adalah perilaku buruk, bukan? Herannya, masih banyak yang melakukan kecurangan.

Perbuatan curang tidak ada yang baik dan semua orang tahu tentang itu. Adat dan norma kita pun mengecam kecurangan. Agama hingga peraturan pemerintahan menghukum kecurangan. Bahkan orang pintar juga mengatakan betapa buruknya  kecurangan tetapi banyak orang pintar melakukan kecurangan.

Berbuat curang punya macam-macam bentuk.

Seperti menyela antrean, menutupi kecacatan barang jualan, pemalsuan, sogokan, menyontek, mencuri, berbohong, memfitnah hingga korupsi. Dan masih banyak lagi, ada yang mau nambahin?

Biasanya, orang berbuat curang ingin mendapatkan sesuatu dengan jalan yang singkat. Manfaat yang sering menjadi incaran kecurangan keduniaan keduniaan terutama uang. Peringkat kedua incaran yang ingin digenggam  adalah kekuasaan, peringkat berikutnya prestasi, pengakuan, hingga agar tidak dimarahi mama.

Penyebab Curang Bukan karena Uang

Kecurangan terjadi  tak melulu karena uang. Anak-anak yang menyontek untuk nilai agar tidak dimarahi mama. Para penyogok dengan amplop tebal agar urusannya cepat terselesaikan. Juga, para suami yang korupsi untuk tuntutan  hidup.  

Apapun alasannya, curang tetaplah buruk.

Jurnal keuangan menyebutkan bahwa kecurangan disebabkan oleh tiga faktor yaitu tekanan, kesempatan, dan rasionalisasi. Ketiga faktor tersebut dikenal dengan fraud triangle.

Fraud Triangle adalah skema untuk mengamati penyebab kecurangan. Skema ini diperkenalkan oleh Donald R. Cressey (1953). Dalam analisis skema tersebut dikatakan bahwa tekanan, kesempatan, dan rasionalisai saling berkaitan.

Misalnya, orang akan berbuat curang jika memiliki kesempatan. Berlaku juga jika tidak ada kesempatan, maka orang yang berniat curang batal melakukan kecurangan. Ketika ditambah tekanan dan rasionalisasi, orang berniat curang pun bisa memaksakan kesempatan berbuat curang.

Teori fraud triangle sering digunakan oleh para peneliti untuk mendeteksi kecurangan pada komunitas tertentu. Seperti perilaku menyontek pada pelajar, pencegahan kecurangan dalam dunia kerja, dan sebagainya.

Lalu, bagaimana fraud triangle menjadi penyebab kecurangan?

Tekanan

Mari kita lihat ke dalam skema tekanan yang kebanyakan orang mengalaminya. Tekanan muncul saat mengalami masalah yang sulit terpecahkan. Seperti tuntutan keluarga, menjaga nama baik, terlilit hutang,  pengakuan, hingga gaya hidup.

Ketika tekanan menguat, contoh sederhana takut kena marah mama kalau dapat nilai merah, maka terjadilah menyontek demi mama tidak marah.

Tekanan yang lain seperti menjaga nama baik. Seseorang ingin terlihat mampu, malu dengan teman-teman main, atau memaksakan memberi barang wah untuk calon mertua. Ia akan melakukan segala cara demi nama baiknya tersebut.

Cinta ditolak, dukun bertindak

Kesempatan

Selanjutnya skema kesempatan. Skema ini lebih condong ke situasi yang mendukung terjadinya kecurangan. Seperti pengawasan yang longgar, Risiko ringan, sanksi yang lemah atau longgarnya peraturan.

Parahnya lagi, ada situasi seseorang tersebut berada di lingkungan yang mendukung tindak kecurangan. Bahkan, mencari-cari lingkungan dan kesempatan tersebut. Contoh paling rahasia paling umum yaitu orang dalam.

Semoga kita bisa mengatasi tekanan dan terhindar dari kesempatan yang mendorong berbuat curang.

Rasionalisasi

Skema Rasionalisasi lebih fokus ke logika karena rasionalisasi bermakna membenarkan. Jadi, pikiran seseorang membenarkan perbuatan curang tersebut. Seseorang menganggap berbuat curang lumrah dilakukan, terasa benar karena terbiasa, atau menjadi benar karena banyak orang yang melakukannya.

Bagian terburuk rasionalisasi adalah saat seseorang mencari kebenaran dari perbuatan curang yang ia lakukan. Mencari dukungan hingga teman agar terlihat benar.

Tekanan, kesempatan, rasionalisasi hanya sedikit bagian dari faktor kecurangan. Masih banyak lagi faktor penyebab kecurangan, seperti sikap menunda-nunda,  pengendalian diri, watak hingga kemampuan.

Kecurangan perlu diobati dan dicegah. Orang berbuat curang akan merugikan diri sendiri, orang lain, bahkan negara. Kabar baiknya, kurikulum pendidikan memandang serius kecurangan. Melalui pembelajaran anti korupsi, pemerintah memasukkan nilai-nilai karakter anti korupsi ke dalam kurikulum sekolah.

Tentu perlu dukungan dari warga, terutama keluarga. Semoga kerja sama semua mencegah orang berbuat curang.

Leave a Comment