Mengapa Kita Percaya Harapan? Begini Konsep Harapan Ala Mark Manson

Setiap kita tahu konsep harapan adalah kunci penting dalam hidup. Harapan dianggap sebagai dasar dari tujuan hidup dan alasan menjalani kehidupan. Konsep harapan tersebut masih berlaku sampai sekarang, bahkan konsep tersebut berkembang menjadi jalan menuju kebahagiaan.

Begitulah konsep harapan yang kita tahu dan tetap percaya akan hal itu. Harapan memunculkan kebahagiaan, harapan juga penyebab ambyar. Meski kita hidup di zaman yang sangat baik dari sebelumnya, konsep harapan tetap sama yaitu ambyar dan bahagia.

Mengapa Kita Percaya Harapan?

Kepercayaan, harapan, kebahagiaan, dan semua tentang ambyar merupakan produk dari kisah  yang telah dialami/belum terjadi pada manusia. Begitulah pembukaan isi buku ‘’Segala-galanya ambyar’’ oleh Mark Manson.

Ia menguak definisi keyakinan, kebahagiaan, dan pengharapan itu sendiri dari segunung penelitian psikologis, beragam kebijakan dari deretan filsuf terkemuka, agama, politik, hiburan, hingga uang.

Kemudian, penulis buku best seller Sebuah Seni untuk Bersikap Bodo Amat tersebut menuliskan penemuan jawabnya di buku berjudul ‘’Everiything is F*cked’’.

Sebuah buku tentang harapan. Mengisahkan lika-liku perjalanan harapan, dari lahir, tumbuh, bertahan, hingga menjadi kebahagiaan atau ke-ambyar-an.

1. Harapan terlahir dari kisah

Setiap jiwa membangun kisah kecil dari masa-masa sulit. Tanpa suatu alasan, kita meyakini bahwa kisah itu bermakna sangat penting. Seperti menjalani hidup demi membanggakan orang tua, melakukan kebaikan untuk surga, belajar untuk nilai baik, dan lain-lain. Apapun bentuk serta alasan terbangunnya kisah, kesemuanya menghasilkan dua produk yang sama yaitu:

  • terdapat potensi pertumbuhan atau perbaikan atau keselamatan di masa depan
  • terdapat jalan yang akan menuntun orang untuk meraihnya. (hal. 19)

Membangun kisah melahirkan suatu makna, suatu hal yang penting untuk dilakukan sehingga terlahirlah harapan.

Ketika tidak ditemukanya kisah, tidak ditemukanya suatu hal penting yang terbentuk dalam kisah, terlahirlah ketiadaan harapan. Sebuah pemandangan kosong kelabu keluanglaian. Kemudian tumbuh menjadi kecemasan, putus asa, depresi, dan penyakit jiwa lainnya.

‘’Lawan kebahagian bukan kesedihan melainkan ketiadaan harapan.’’

(hal. 15)

Kisah tentang harapan inilah yang kemudian memberikan kesadaran akan tujuan hidup. Bukan menyiratkan akan adanya kebahagiaan di masa depan, tetapi tentang sesuatu yang tidak tahu apa lagi yang bermakna, selain kisah tersebut.

2. Terbangunnya Kepercayaan

Kepercayaan tumbuh dari kebutuhan manusia akan kesadaran akan pentingnya suatu hal demi bisa menghindar dari ketidakjelasan dari eksistensi manusia. (hal. 14)

Menurut Mark, manusia seperti debu kosmik yang tidak berguna, berputar-putar di semesta yang luas. Semesta tak peduli tentang debu tersebut, namun kita merasa sok penting, mencari-cari tujuan kita, mengimajinasikan ke dunia sekita kita, Kemudian terperolehnya kisah menjadi harapan.

Mark Manson menuliskan bahwa harapan yang terbangun dari kisah akan tetap terjaga jika kita memiliki tiga hal yaitu: kesdaran akan kendali, kepercayaan akan nilai sesuatu, dan sebuah komunitas.

‘’Kendali’’ berarti kita seolah merasa memegang kendali sehingga kita bisa mempengaruhi jalan nasib kita. ‘’Nilai’’ berarti kita menemukan sesuatu yang cukup penting unutk diperjuangkan, sesuatu yang lebih baik unutk dikejar sekua tenaga. ‘’Komunitas’’ berarti kita merekat pada sebuah kelompok yang sama-sama menghargai nilai-nilai yang kita pegang dan sama-sama berjuang keras meraih nilai-nilai tersebut. (hal 24)

Tanpa komunitas, kita akan terasing, lambat laun kisah harapan yang kita yakini tidak lagi berharga. Tanpa nilai, tidak ada lagi hal-hal yang layak dikejar. Tanpa kendali, kita tidak punya tenaga untuk mengejar. Kehilangan satu hal saja, maka akan kehilangan dua lainnya. Kehilangan ketiganya maka kehilangan harapan.

Kehilangan harapan sama saja kekosongan yang suram. Perasaan di mana segala sesuatu tidak ada gunanya. Sebuah kesadaran bisu bahwa di hadapan keluasan tanpa batas, segala hal yan kita maknai sekejap menjadi hampa.

3. Hal Menarik dari Buku Segala-galanya Ambyar

Sebuah buku tentang harapan tak hanya berbicara tentang teori harapan saja. Cakupan pembahasanya meluputi psikologi harapan, kebahagiaan, penderitaan, mencintai takdir, dan agama.

Semuanya sangat menarik dengan Bahasa yang lugas dan humor. Tersaji dengan bumbu penelitian, pandangn filsuf serta peristiwa yang terjadi di berbagai negara. Berikut 3 hal menarik dari buku konsep harapan tersebut.

Pertama, Ada tahapan cara kerja harapan di mana mencontohkan agama sebagai komunitas terbaik sebagai perawat dan penjaga harapan. Bahkan ada tata cara membuat agama dari harapan.

Caranya dengan 5 langkah yaitu: membuat harapan pada yang putus asa, menentukan iman (hal yang akan dipercayai), menyiapkan jawaban dari kritikan dan pertanyaan, merancang ritual pengorbanan atau perjuangan, Membuat versi surge dan neraka.

Kedua, Ada juga sebuah fakta tentang kebahagiaan dan penderitaan. Para peneliti mengungkap fakta mengejutkan pada sebuah penelitian tentang ‘’ Dalam sekla 1-10. Seberapa bahagianya anda saat ini?’’. Penelitian tersebut diujiakan pada ribuan orang dengan latar yang berbeda-beda. Hasilnya adalah teramat sering orang-orang memilih angka 7.

Angka 7 artinya tidak ada orang yang bahagia terus sepanjang waktu dan tidak ada yang sedih terus sepanjang waktu.Hasil penelitian itu menyimpulkan bahwa hidup ini mengayun-ayunkan kebahagian level 7, kadang ke atas kadang ke bawah. Lalu kembali lagi ke level 7.

Ketiga, mengisahkan tentang aksi pengorbanan seorang Buddhis yang dibakar hidup-hidup di tengah jalan depan kedutaan Kamboja pada tahun 1963.

Peristiwa tersebut terjadi akibat pemerintahan tiran. Kisah ini disajikan untuk menjelaskan tentang harapan yang berdamai dengan penderitaan.

Selain tiga hal itu masih banyak pembahasan yang sangat membuka mata akal manusia tentang harapan. Semua pembahasan menantang keyakinan untuk berkata ‘’betul juga’’ namun masih kurang mendalam dalam mngekolaborasikan ke  agama, terlalu banyak mengambil teori  dari para filsuf.

Meski begitu, ‘’Segala-galanya Ambyar’’ masuk list buku favorit genre self-improvement. Sangat renyah membahasakan istilah psikologi dengan kata-kata santai  seperti otak perasa, otak pemikir, ambyar, dan lain-lain.

Alurnya pun teratur, penjelasan teorinya menggunakan cerita yang tidak membosankan. Dan setidaknya untuk mengetahui tentang konsep harapan dan jawaban tentang percaya harapan, pembaca tidak perlu membentangkan segunung tumpukan penelitian dan catatan para filsuf.

Nah, begitulah jawaban dari mengapa kita percaya harapan dari konsep Mark Manson. Tentu banyak penulis lain yang membahas konsep harapan. Boleh dong rekomendasi buku lainnya, tulis di kolom komentar ya

Leave a Comment